Sejarah perkembangan komputer dalam keperawatan
Sistem informasi keperawatan adalah kombinasi ilmu komputer,
ilmu informasi dan ilmu keperawatan yang disusun untuk memudahkan manajemen dan
proses pengambilan informasi dan pengetahuan yang digunakan untuk mendukung
pelaksanaan asuhan keperawatan (Gravea & Cococran,1989)
Sedangkan menurut ANA (Vestal, Khaterine, 1995) system
informasi keperawatan berkaitan dengan legalitas untuk memperoleh dan
menggunakan data, informasi dan pengetahuan tentang standar dokumentasi ,
komunikasi, mendukung proses pengambilan keputusan, mengembangkan dan
mendesiminasikan pengetahuan baru, meningkatkan kualitas, efektifitas dan
efisiensi asuhan keperawaratan dan memberdayakan pasien untuk memilih asuhan
kesehatan yang diiinginkan. Kehandalan suatu sistem informasi pada suatu
organisasi terletak pada keterkaitan antar komponen yang ada sehingga dapat
dihasilkan dan dialirkan menjadi suatu informasi yang berguna, akurat,
terpercaya, detail, cepat, relevan untuk suatu organisasi.
Sistem Informasi manajemen asuhan keperawatan sudah
berkembang di luar negri sekitar tahun 1992, di mana pada bulan September 1992,
sistem informasi diterapkan pada sistem pelayanan kesehatan Australia khususnya
pada pencatatan pasien. (Liaw, T.,1993).
Pemerintah Indonesia sudah mempunyai visi tentang sistem
informasi kesehatan nasional yaitu Informasi kesehatan andal 2010(Reliable
Health Information 2010 ). (Depkes, 2001). Pada Informasi kesehatan andal
tersebut telah direncanakan untuk membangun system informasi di pelayanan
kesehatan dalam hal ini Rumah sakit dan dilanjutkan di pelayanan di masyarakat.
Dengan sistem dokumentasi yang berbasis komputer pengumpulan
data dapat dilaksanakan dengan cepat dan lengkap. Data yang telah disimpan juga
dapat lebih efektive dan dapat menjadi sumber dari penelitian, dapat melihat
kelanjutan dari edukasi ke pasien, melihat epidemiologi penyakit serta dapat
memperhitungkan biaya dari pelayanan kesehatan.(Liaw,T. 1993). Selain itu
dokumentasi keperawatan juga dapat tersimpan dengan aman. Akses untuk mendapat
data yang telah tersimpan dapat dilaksanakan lebih cepat dibandingkan bila
harus mencari lembaran kertas yang bertumpuk di ruang penyimpanan.
Menurut Herring dan Rochman (1990) diambil dalam Emilia,
2003: beberapa institusi kesehatan yang menerapkan system komputer, setiap
perawat dalam tugasnya dapat menghemat sekitar 20-30 menit waktu yang dipakai
untuk dokmuntasi keperawatan dan meningkat keakuratan dalam dokumentasi
keperawatan.
Dokumentasi keperawatan dengan menggunakan komputer
seyogyanya mengikuti prinsip-prinsip pendokumentasian, serta sesuai dengan
standar pendokumentasian internasional seperti: ANA, NANDA,NIC (Nursing
Interventions Classification, 2000).
Sistem informasi manajemen berbasis komputer dapat menjadi
pendukung pedoman bagi pengambil kebijakan/pengambil keputusan di keperawatan/Decision
Support System dan Executive Information System.(Eko,I. 2001) Informasi
asuhan keperawatan dalam sistem informasi manajemen yang berbasis komputer
dapat digunakan dalam menghitung pemakaian tempat tidur /BOR pasien, angka
nosokomial, penghitungan budget keperawatan dan sebagainya. Dengan adanya data
yang akurat pada keperawatan maka data ini juga dapat digunakan untuk informasi
bagi tim kesehatan yang lain. Sistem Informasi asuhan keperawatan juga dapat
menjadi sumber dalam pelaksanaan riset keperawatan secara khususnya dan riset
kesehatan pada umumnya. (Udin,and Martin, 1997)
Sistem Informasi manajemen (SIM) berbasis komputer banyak
kegunaannya, namun pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen di Indonesia masih
banyak mengalami kendala. Hal ini mengingat komponen-komponen yang ada dalam
sistem informasi yang dibutuhkan dalam keperawatan masih banyak kelemahannya.
Kendala SIM yang lain adalah kekahawatiran hilangnya data
dalam satu hard-disk. Pada kondisi tersebut hilangnya data telah diantisipasi
sebagai perlindungan hukum atas dokumen perusahaan yang diatur dalam UU No. 8
Tahun 1997. Undang-undang ini mengatur tentang keamanan terhadap dokumentasi
yang berupa lembaran kertas, namun sesuai perkembangan tehnologi, lembaran yang
sangat penting dapat dialihkan dalam Compact Disk Read Only Memory (CD
ROM). CD ROM dapat dibuat kopinya dan disimpan di lain tempat yang aman .
Pengalihan ke CD ROM ini bertujuan untuk menghindari hilangnya dokumen karena
peristiwa tidak terduga seperti pencurian komputer, dan kebakaran.
Memutuskan untuk menerapkan sistem informasi manajemen
berbasis komputer ke dalam sistem praktek keperawatan di Indonesia tidak
terlalu mudah. Hal ini karena pihak manajemen harus memperhatikan beberapa
aspek yaitu struktur organisasi keperawatan di Indonesia, kemampuan sumber daya
keperawatan, sumber dana, proses dan prosedur informasi serta penggunaan dan
pemanfaatan bagi perawat dan tim kesehatan lain.
Penerapan teknologi
informasi dan komunikasih di bidang kehatan
Di ibaratkan
sebagai pisau bermata dua
Teknologi informasi dan komunikasih ibarat pisau bermata dua
karena Seiring dengan globalisasi, perkembangan pengetahuan dan teknologi,
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang. Perkembangan
pengetahuan masyarakat membuat masyarakat lebih menuntut pelayanan kesehatan
yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan.
Perawat
sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan
kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Dalam upaya peningkatan mutu, seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai standar, yaitu mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi
berikut dengan dokumentasinya.
Pendokumentasian
Keperawatan merupakan hal penting yang dapat menunjang pelaksanaan mutu asuhan
keperawatan. (Kozier,E. 1990). Selain itu dokumentasi keperawatan merupakan
bukti akontabilitas tentang apa yang telah dilakukan oleh seorang perawat
kepada pasiennya. Dengan adanya pendokumentasian yang benar maka bukti secara
profesional dan legal dapat dipertanggung jawabkan.
Masalah
yang sering muncul dan dihadapi di Indonesia dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan adalah banyak perawat yang belum melakukan pelayanan keperawatan
sesuai standar asuhan keperawatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak
disertai pendokumentasian yang lengkap.( Hariyati, RT., th 1999)
Saat
ini masih banyak perawat yang belum menyadari bahwa tindakan yang dilakukan
harus dipertanggungjawabkan. Selain itu banyak pihak menyebutkan kurangnya
dokumentasi juga disebabkan karena banyak yang tidak tahu data apa saja yang
yang harus dimasukkan, dan bagaimana cara mendokumentasi yang benar.( Hariyati,
RT., 2002)
Kondisi
tersebut di atas membuat perawat mempunyai potensi yang besar terhadap proses
terjadinya kelalaian pada pelayanan kesehatan pada umumnya dan pelayanan
keperawatan pada khususnya. Selain itu dengan tidak ada kontrol
pendokumentasian yang benar maka pelayanan yang diberikan kepada pasien akan
cenderung kurang baik, dan dapat merugikan pasien
Pendokumentasian
asuhan keperawatan yang berlaku di beberapa rumah sakit di Indonesia umumnya
masih menggunakan pendokumentasian tertulis. Pendokumentasian tertulis ini
sering membebani perawat karena perawat harus menuliskan dokumentasi pada form
yang telah tersedia dan membutuhkan waktu banyak untuk mengisinya. Permasalahan
lain yang sering muncul adalah biaya pencetakan form mahal sehingga sering form
pendokumentasian tidak tersedia
Pendokumentasian
secara tertulis dan manual juga mempunyai kelemahan yaitu sering hilang.
Pendokumentasian yang berupa lembaran-lembaran kertas maka dokumentasi asuhan
keperawatan sering terselip. Selain itu pendokumentasian secara tertulis juga
memerlukan tempat penyimpanan dan akan menyulitkan untuk pencarian kembali jika
sewaktu-waktu pendokumentasian tersebut diperlukan. Dokumentasi yang hilang
atau terselip di ruang penyimpanan akan merugikan perawat. Hal ini karena tidak
dapat menjadi bukti legal jika terjadi suatu gugatan hukum. Maka udah selayaknya
teknologi informasi dan komunikasi di ibaratkan sebagai pisau bermata dua;
Sistem Informasi Keperawatan Di Puskesmas
Puskesmas sebagai salah satu institusi pelayanan umum, dapat
dipastikan membutuhkan keberadaan sistem informasi yang akurat dan handal,
serta cukup memadai untuk meningkatkan pelayanan puskesmas kepada para pengguna
(pasien) dan lingkungan terkait. Dengan lingkup pelayanan yang begitu luas,
tentunya banyak sekali permasalahan kompleks yang terjadi dalam proses
pelayanan di puskesmas. Banyaknya variabel di puskemas turut menentukan
kecepatan arus informasi yang dibutuhkan oleh pengguna dan lingkungan
puskesmas.
Selama ini banyak puskesmas yang masih mengelola data-data
kunjungan pasien, data-data arus obat, dan juga membuat pelaporan dengan
menggunakan cara-cara yang manual. Selain membutuhkan waktu yang lama, keakuratan
dari pengelolaan data juga kurang dapat diterima, karena kemungkinan kesalahan
sangat besar. Beberapa puskesmas mungkin sudah memakai komputer sebagai alat
bantu untuk pengelolaan data, hanya saja sampai sekarang belum banyak program
komputer yang secara khusus didesain untuk manajemen data di puskesmas.
Sistem Informasi Puskesmas (Simpus), sesuai namanya, adalah
sebuah sistem informasi rekam medis yang secara khusus dirancang untuk
digunakan di Puskesmas. Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan,
memiliki kebutuhan-kebutuhan yang unik, berbeda dengan unit pelayanan kesehatan
lainnya.
Kebutuhan-kebutuhan Puskesmas yang unik tersebut, telah
sejak lama dengan tekun dipelajari dan diikuti perkembangannya oleh seorang
teman, Raharjo. Setelah selama beberapa tahun Mas Jojok, demikian ia biasa
dipanggil, mengembangkan dan memasarkan Simpus yang berupa aplikasi desktop
(yang telah digunakan pada hampir 500 Puskesmas yang tersebar di seluruh
Indonesia), pada tahun 2008, ia mengajak kami untuk bersama-sama mengembangkan
Simpus yang berbasis web. Keputusan ini diambilnya setelah melihat fakta di
lapangan bahwa Simpus berbasis web memiliki peluang memberikan dukungan yang
lebih baik pada Puskesmas dalam melayani masyarakat. Dalam waktu kurang lebih setahun
semenjak itu, Simpus berbasis web telah digunakan oleh beberapa Puskesmas.
Simpus merekam data rekam medis pasien-pasien yang
berkunjung di Puskesmas. Tidak hanya itu, Simpus juga membantu Puskesmas dalam
menyusun laporan-laporan rutin bulanan, baik untuk keperluan internal
Puskesmas, ataupun untuk pelaporan ke Dinas Kesehatan.
Pran teknologi informasi dan komuikasi
Dalam mendukung manejemen informai di rumahsakit
A.
Pendahuluan
Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat telah merambah ke berbagai sektor termasuk kesehatan. Meskipun dunia kesehatan (dan medis) merupakan bidang yang bersifat information-intensive, akan tetapi adopsi teknologi informasi relatif tertinggal. Sebagai contoh, ketika transaksi finansial secara elektronik sudah menjadi salah satu prosedur standar dalam dunia perbankan, sebagian besar rumah sakit di Indonesia baru dalam tahap perencanaan pengembangan billing system. Meskipun rumah sakit dikenal sebagai organisasi yang padat modal-padat karya, tetapi investasi teknologi informasi masih merupakan bagian kecil. Di AS, negara yang relatif maju baik dari sisi anggaran kesehatan maupun teknologi informasinya, rumah sakit rerata hanya menginvestasinya 2% untuk teknologi informasi.
Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat telah merambah ke berbagai sektor termasuk kesehatan. Meskipun dunia kesehatan (dan medis) merupakan bidang yang bersifat information-intensive, akan tetapi adopsi teknologi informasi relatif tertinggal. Sebagai contoh, ketika transaksi finansial secara elektronik sudah menjadi salah satu prosedur standar dalam dunia perbankan, sebagian besar rumah sakit di Indonesia baru dalam tahap perencanaan pengembangan billing system. Meskipun rumah sakit dikenal sebagai organisasi yang padat modal-padat karya, tetapi investasi teknologi informasi masih merupakan bagian kecil. Di AS, negara yang relatif maju baik dari sisi anggaran kesehatan maupun teknologi informasinya, rumah sakit rerata hanya menginvestasinya 2% untuk teknologi informasi.
Di sisi yang lain, masyarakat menyadari bahwa teknologi informasi
merupakan salah satu tool penting dalam peradaban manusia untuk
mengatasi (sebagian) masalah derasnya arus informasi. Teknologi informasi (dan
komunikasi) saat ini adalah bagian penting dalam manajemen informasi. Di dunia
medis, dengan perkembangan pengetahuan yang begitu cepat (kurang lebih 750.000 artikel
terbaru di jurnal kedokteran dipublikasikan tiap tahun), dokter akan cepat
tertinggal jika tidak memanfaatkan berbagai tool untuk mengudapte perkembangan
terbaru. Selain memiliki potensi dalam memfilter data dan mengolah menjadi
informasi, TI mampu menyimpannya dengan jumlah kapasitas jauh lebih banyak dari
cara-cara manual. Konvergensi dengan teknologi komunikasi juga memungkinkan
data kesehatan di-share secara mudah dan cepat. Disamping itu, teknologi
memiliki karakteristik perkembangan yang sangat cepat. Setiap dua tahun, akan
muncul produk baru dengan kemampuan pengolahan yang dua kali lebih cepat dan
kapasitas penyimpanan dua kali lebih besar serta berbagai aplikasi inovatif
terbaru. Dengan berbagai potensinya ini, adalah naif apabila manajemen informasi
kesehatan di rumah sakit tidak memberikan perhatian istimewa. Artikel ini
secara khusus akan membahas perkembangan teknologi informasi untuk mendukung
manajemen rekam medis secara lebih efektif dan efisien. Tulisan ini akan
dimulai dengan berbagai contoh aplikasi teknologi informasi, faktor yang
mempengaruhi keberhasilan serta refleksi bagi komunitas rekam medis.
B.
Aplikasi teknologi informasi untuk mendukung
manajemen informasi kesehatan
Secara umum masyarakat mengenal produk teknologi informasi dalam bentuk perangkat keras, perangkat lunak dan infrastruktur. Perangkat keras meliputi perangkat input (keyboard, monitor, touch screen, scanner, mike, camera digital, perekam video, barcode reader, maupun alat digitasi lain dari bentuk analog ke digital). Perangkat keras ini bertujuan untuk menerima masukan data/informasi ke dalam bentuk digital agar dapat diolah melalui perangkat komputer. Selanjutnya, terdapat perangkat keras pemroses lebih dikenal sebagai CPU (central procesing unit) dan memori komputer. Perangkat keras ini berfungsi untuk mengolah serta mengelola sistem komputer dengan dikendalikan oleh sistem operasi komputer. Selain itu, terdapat juga perangkat keras penyimpan data baik yang bersifat tetap (hard disk) maupun portabel (removable disk). Perangkat keras berikutnya adalah perangkat outuput yang menampilkan hasil olahan komputer kepada pengguna melalui monitor, printer, speaker, LCD maupun bentuk respon lainnya.
Secara umum masyarakat mengenal produk teknologi informasi dalam bentuk perangkat keras, perangkat lunak dan infrastruktur. Perangkat keras meliputi perangkat input (keyboard, monitor, touch screen, scanner, mike, camera digital, perekam video, barcode reader, maupun alat digitasi lain dari bentuk analog ke digital). Perangkat keras ini bertujuan untuk menerima masukan data/informasi ke dalam bentuk digital agar dapat diolah melalui perangkat komputer. Selanjutnya, terdapat perangkat keras pemroses lebih dikenal sebagai CPU (central procesing unit) dan memori komputer. Perangkat keras ini berfungsi untuk mengolah serta mengelola sistem komputer dengan dikendalikan oleh sistem operasi komputer. Selain itu, terdapat juga perangkat keras penyimpan data baik yang bersifat tetap (hard disk) maupun portabel (removable disk). Perangkat keras berikutnya adalah perangkat outuput yang menampilkan hasil olahan komputer kepada pengguna melalui monitor, printer, speaker, LCD maupun bentuk respon lainnya.
Selanjutnya dalam perangkat lunak dibedakan sistem operasi (misalnya
Windows, Linux atau Mac) yang bertugas untuk mengelola hidup matinya komputer,
menhubungkan media input dan output serta mengendalikan berbagai perangkat
lunak aplikasi maupun utiliti di komputer. Sedangkan perangkat aplikasi adalah
program praktis yang digunakan untuk membantu pelaksanaan tugas yang spesifik
seperti menulis, membuat lembar kerja, membuat presentasi, mengelola database
dan lain sebagainya. Selain itu terdapat juga program utility yang membantu
sistem operasi dalam pengelolaan fungsi tertentu seperti manajemen memori,
keamanan komputer dan lain-lain.
Pada aspek infrastruktur, kita mengenal ada istilah jaringan komputer
baik yang bersifat terbatas dan dalam kawasan tertentu (misalnya satu gedung)
yang dikenal dengan nama Local Area Network maupun jaringan yang lebih luas,
bahkan bisa meliputi satu kabupaten atau negara atau yang dikenal sebagai Wide
Area Network (WAN). Saat ini, aspek infrastruktur dalam teknologi informasi
seringkali disatukan dengan perkembangan teknologi komunikasi. Sehingga muncul
istilah konvergensi teknologi informasi dan komunikasi. Perangkat PDA (personal
digital assistant) yang berperan sebagai komputer genggam tetapi sarat dengan
fungsi komunikasi (baik Wi-Fi, bluetooth maupun GSM) merupakan salah satu
contoh diantaranya.
Perangkat keras (baik input, pemroses, penyimpan, maupun output),
perangkat lunak serta infrastruktur, ketiga-tiganya memiliki potensi besar
untuk meningkatkan efektivitas maupun efisiensi manajemen informasi kesehatan.
Beberapa contoh penting yang akan diulas adalah (1)rekam medis berbasis
komputer, (2) teknologi penyimpan portabel seperti smart card,(3) teknologi
nirkabel dan (4) komputer genggam.
1.
Rekam medis berbasis komputer (Computer based
patient record)
Salah satu tantangan besar dalam penerapan teknologi informasi dan komunikasi di rumah sakit adalah penerapan rekam medis medis berbasis komputer. Dalam laporan resminya, Intitute of Medicine mencatat bahwa hingga saat ini masih sedikit bukti yang menunjukkan keberhasilan penerapan rekam medis berbasis komputer secara utuh, komprehensif dan dapat dijadikan data model bagi rumah sakit lainnya.
Pengertian rekam medis berbasis komputer bervariasi, akan tetapi, secara prinsip adalah penggunaan database untuk mencatat semua data medis, demografis serta setiap event dalam manajemen pasien di rumah sakit. Rekam medis berbasis komputer akan menghimpun berbagai data klinis pasien baik yang berasal dari hasil pemeriksaan dokter, digitasi dari alat diagnosisi (EKG, radiologi, dll), konversi hasil pemeriksaan laboratorium maupun interpretasi klinis. Rekam medis berbasis komputer yang lengkap biasanya disertai dengan fasilitas sistem pendukung keputusan (SPK) yang memungkinkan pemberian alert, reminder, bantuan diagnosis maupun terapi agar dokter maupun klinisi dapat mematuhi protokol klinik.
Gambar 1. Alert tentang permintaan lab yang berlebihan dalam salah satu model aplikasi rekam medis berbasis computer
Salah satu tantangan besar dalam penerapan teknologi informasi dan komunikasi di rumah sakit adalah penerapan rekam medis medis berbasis komputer. Dalam laporan resminya, Intitute of Medicine mencatat bahwa hingga saat ini masih sedikit bukti yang menunjukkan keberhasilan penerapan rekam medis berbasis komputer secara utuh, komprehensif dan dapat dijadikan data model bagi rumah sakit lainnya.
Pengertian rekam medis berbasis komputer bervariasi, akan tetapi, secara prinsip adalah penggunaan database untuk mencatat semua data medis, demografis serta setiap event dalam manajemen pasien di rumah sakit. Rekam medis berbasis komputer akan menghimpun berbagai data klinis pasien baik yang berasal dari hasil pemeriksaan dokter, digitasi dari alat diagnosisi (EKG, radiologi, dll), konversi hasil pemeriksaan laboratorium maupun interpretasi klinis. Rekam medis berbasis komputer yang lengkap biasanya disertai dengan fasilitas sistem pendukung keputusan (SPK) yang memungkinkan pemberian alert, reminder, bantuan diagnosis maupun terapi agar dokter maupun klinisi dapat mematuhi protokol klinik.
Gambar 1. Alert tentang permintaan lab yang berlebihan dalam salah satu model aplikasi rekam medis berbasis computer
2.
Teknologi penyimpan data portable Salah satu
aspek penting dalam pelayanan kesehatan yang menggunakan pendekatan rujukan
(referral system) adalah continuity of care. Dalam konsep ini, pelayanan
kesehatan di tingkat primer memiliki tingkat konektivitas yang tinggi dengan
tingkat rujukan di atasnya. Salah satu syaratnya adalah adanya komunikasi data
medis secara mudah dan efektif. Beberapa pendekatan yang dilakukan menggunakan
teknologi informasi adalah penggunaan smart card (kartu cerdas yang
memungkinkan penyimpanan data sementara). Smart card sudah digunakan di
beberapa negara Eropa maupun AS sehingga memudahkan pasien, dokter maupun pihak
asuransi kesehatan. Dalam smart card tersebut, selain data demografis, beberapa
data diagnosisi terakhir juga akan tercatat. Teknologi penyimpan portabel
lainnya adalah model web based electronic health record yang memungkinkan
pasien menyimpan data sementara kesehatan mereka di Internet. Data tersebut
kemudian dapat diakses oleh dokter atau rumah sakit setelah diotorisasi oleh
pasien. Teknologi ini merupakan salah satu model aplikasi telemedicine yang
tidak berjalan secara real time.
Aplikasi penyimpan data portabel sederhana adalah bar code (atau kode
batang). Kode batang ini sudah jamak digunakan di kalangan industri sebagai
penanda unik merek datang tertentu. Hal ini jelas sekali mempermudah
supermarket dan gudang dalam manajemen retail dan inventori. Food and Drug
Administration (FDA) di AS telah mewajibkan seluruh pabrik obat di AS untuk
menggunakan barcode sebagai penanda obat. Penggunaan bar code juga akan
bermanfaat bagi apotik dan instalasi farmasi di rumah sakit dalam mempercepat
proses inventori. Selain itu, penggunaan barcode juga dapat digunakan sebagai
penanda unik pada kartu dan rekam medis pasien.
Teknologi penanda unik yang sekarang semakin populer adalah RFID (radio
frequency identifier) yang memungkinkan pengidentifikasikan identitas melalui
radio frekuensi. Jika menggunakan barcode, rumah sakit masih memerlukan barcode
reader, maka penggunaan RFID akan mengeliminasi penggunaan alat tersebut.
Setiap barang (misalnya obat ataupun berkas rekam medis) yang disertai dengan
RFID akan mengirimkan sinyal terus menerus ke dalam database komputer. Sehingga
pengidentifikasian akan berjalan secara otomatis.
3.
Teknologi nirkabel Pemanfaatan jaringan computer
dalam dunia medis sebenarnya sudah dirintis sejak hampir 40 tahun yang lalu.
Pada tahun 1976/1977, University of Vermon Hospital dan Walter Reed Army
Hospital mengembangkan local area network (LAN) yang memungkinkan pengguna
dapat log on ke berbagai komputer dari satu terminal di nursing station. Saat
itu, media yang digunakan masih berupa kabel koaxial. Saat ini, jaringan nir
kabel menjadi primadona karena pengguna tetap tersambung ke dalam jaringan
tanpa terhambat mobilitasnya oleh kabel. Melalui jaringan nir kabel, dokter
dapat selalu terkoneksi ke dalam database pasien tanpa harus terganggun
mobilitasnya.
4.
Komputer genggam (Personal Digital Assistant) Saat
ini, penggunaan komputer genggam (PDA) menjadi hal yang semakin lumrah di
kalangan medis. Di Kanada, limapuluh persen dokter yang berusia di bawah 35 tahun
menggunakan PDA. PDA dapat digunakan untuk menyimpan berbagai data klinis
pasien, informasi obat, maupun panduan terapi/penanganan klinis tertentu.
Beberapa situs di Internet memberikan contoh aplikasi klinis yang dapta
digunakan di PDA seperti epocrates. Pemanfaatan PDA yang sudah disertai dengan
jaringan telepon memungkinkan dokter tetap dapat memiliki akses terhadap
database pasien di rumahs akit melalui jaringan Internet. Salah satu contoh
penerapan teknologi telemedicine adalah pengiriman data radiologis pasien yang
dapat dikirimkan secara langsung melalui jaringan GSM. Selanjutnya dokter dapat
memberikan interpretasinya secara langsung PDA dan memberikan feedback kepada
rumah sakit.
Sistem Informasi Keperawatan
Berbasis Komputer
Sistem informasi manajemen berbasis
komputer dapat menjadi pendukung pedoman bagi pengambil kebijakan/pengambil
keputusan di keperawatan/Decision Support System dan Executive Information
System.(Eko,I. 2001) Informasi asuhan keperawatan dalam sistem informasi
manajemen yang berbasis komputer dapat digunakan dalam menghitung pemakaian
tempat tidur /BOR pasien, angka nosokomial, penghitungan budget keperawatan dan
sebagainya. Dengan adanya data yang akurat pada keperawatan maka data ini juga
dapat digunakan untuk informasi bagi tim kesehatan yang lain. Sistem Informasi
asuhan keperawatan juga dapat menjadi sumber dalam pelaksanaan riset keperawatan
secara khususnya dan riset kesehatan pada umumnya. (Udin,and Martin, 1997)
Sistem Informasi manajemen (SIM)
berbasis komputer banyak kegunaannya, namun pemanfaatan Sistem Informasi
Manajemen di Indonesia masih banyak mengalami kendala. Hal ini mengingat komponen-komponen
yang ada dalam sistem informasi yang dibutuhkan dalam keperawatan masih banyak
kelemahannya.
Kendala SIM yang lain adalah kekahawatiran hilangnya data dalam satu hard-disk. Pada kondisi tersebut hilangnya data telah diantisipasi sebagai perlindungan hukum atas dokumen perusahaan yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 1997. Undang-undang ini mengatur tentang keamanan terhadap dokumentasi yang berupa lembaran kertas, namun sesuai perkembangan tehnologi, lembaran yang sangat penting dapat dialihkan dalam Compact Disk Read Only Memory (CD ROM). CD ROM dapat dibuat kopinya dan disimpan di lain tempat yang aman . Pengalihan ke CD ROM ini bertujuan untuk menghindari hilangnya dokumen karena peristiwa tidak terduga seperti pencurian komputer, dan kebakaran.
Kendala SIM yang lain adalah kekahawatiran hilangnya data dalam satu hard-disk. Pada kondisi tersebut hilangnya data telah diantisipasi sebagai perlindungan hukum atas dokumen perusahaan yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 1997. Undang-undang ini mengatur tentang keamanan terhadap dokumentasi yang berupa lembaran kertas, namun sesuai perkembangan tehnologi, lembaran yang sangat penting dapat dialihkan dalam Compact Disk Read Only Memory (CD ROM). CD ROM dapat dibuat kopinya dan disimpan di lain tempat yang aman . Pengalihan ke CD ROM ini bertujuan untuk menghindari hilangnya dokumen karena peristiwa tidak terduga seperti pencurian komputer, dan kebakaran.
Memutuskan untuk menerapkan sistem
informasi manajemen berbasis komputer ke dalam sistem praktek keperawatan di
Indonesia tidak terlalu mudah. Hal ini karena pihak manajemen harus
memperhatikan beberapa aspek yaitu struktur organisasi keperawatan di
Indonesia, kemampuan sumber daya keperawatan, sumber dana, proses dan prosedur
informasi serta penggunaan dan pemanfaatan bagi perawat dan tim kesehatan lain.
Bagaimana SIM keperawatan di
Indonesia ? Sampai saat ini implementasi sistem informasi manajemen baik di
rumah sakit maupun di masyarakat masih sangat minim, bahkan masih banyak
perawat yang tidak mengenal apa sistem informasi manajemen keperawatan yang
berbasis komputer tersebut. Namun seiring dengan perkembangan pengetahuan dan
ilmu pengetahuan maka beberapa rumah sakit di Jakarta dan kota lain sudah
menerapkan system informasi keperawatan yang berbasis komputer.
Fakultas ilmu keperawatan telah
mempunyai soft-ware system informasi asuhan keperawatan dan system informasi
dalam manajemen untuk manajer perawat. Media ini sangat berguna dalam menyokong
proses pembelajaran yang menyiapkan peserta didik dalam menyongsong era globalisasi.
Dengan mengikuti pembelajaran tersebut peserta didik diharapkan mampu bersaing
, namun tentunya tak cukup hanya dalam proses proses pembelajaran di kuliah.
Peserta didik harus terus belajar agar dapat mengikuti perkembangan ilmu dan
tehnogi keperawatan.